A quick trip

to the ER 😦

Hari Jumat tanggal 4 Juli itu ga ada firasat apa-apa. Saya ke kantor membawa trolley dorong karena niatnya mau belanja sepulang kerja untuk menyambut kedatangan suami tanggal 9 nanti.

Sekitar pukul 11 siang, saya menemukan flek berwarna pink muda di pakaian dalam. Rasanya udah lemes aja 😦

Balik ke meja, saya berusaha buat browsing dan mencari tahu mengenai flek selama awal kehamilan. Sepertinya itu normal tapi hati tetap ga tenang. Sempat bertanya ke rekan kerja, tapi somehow hati saya tetap tidak tenang. Saya mau pulang dan rehat saja. Sambil menahan tangis, saya menemui si boss minta ijin untuk pulang. Boss saya laki-laki tapi uda punya anak dan menyatakan kalo flek di awal kehamilan itu wajar. Saya keukeuh mau pulang aja karena kuatir mengingat komplikasi yang saya derita.

Kebetulan saat itu kantor sedang renovasi dan kami semua dijadwalkan untuk pindahan. Akhirnya rekan kerja saya membantu packing barang-barang besar (PC dan kabel-kabelnya). Saya pulang naek MRT. Rencana belanja saya lupakan dan saya langsung menuju rumah. Sekitar jam 12 saya sudah sampai rumah, dan langsung menuju ke toilet untuk memastikan kondisi flek saya.

Betapa kagetnya karena yang tadinya flek berwarna pink berganti jadi darah segar. Saya bleeding. Masya Allah.

Buru-buru saya balik ke kamar untuk mengambil kartu konsultasi. Tak lupa saya juga membungkus beberapa buah kurma dan air putih. Saat mencoba menelpon taksi, saya baru sadar kalo pulsa saya habis. Duh!!

Pelan-pelan saya jalan menuju jalan raya sambil berdoa semoga ada taksi yang lewat. Jam 12-an begitu biasanya jalanan sepi dan benar kecemasan saya, ga ada taksi yang lewat di sekitar blok rumah. saya harus jalan agak jauh sedikit sambil berharap itu tidak memperparah pendarahan saya. Alhamdulillah akhirnya dapat taksi. Di dalam taksi, saya coba kontak teman kostanmeminta tolong agar dia bisa membelikan pulsa elektronik. Mencoba dukungan doa juga karena saya yakin, doa adalah senjata ampuh disetiap kondisi.

Sampai di ER, saya masih harus registrasi. Kagetnya saya ternyata data saya tidak ada. saya perlihatkan kartu konsultasi saya, namun sayangnya tidak ada record mengenai saya di sistem. 😦
Later on saya diberitahu oleh dokter yang menangani di ER kalau obgin saya tidak memasukkan data saya ke sistem.
Sedih!!

Oh iya, sistem di ER adalah bayar dimuka. Totalnya SGD 108

Kalo ngeliat di pelem kan begitu masuk ER langsung ditangani. Ternyata itu hanya berlaku untuk kondisi dimana kita uda berdarah-darah dan butuh penanganan segera. Saya sendiri masih harus registrasi dan ngantri hingga dipanggil oleh suster yang akan melakukan pengecekan awal seperti suhu dan detak jantung. Saya juga diminta untuk menampung urin. Setelah selesai, saya disuruh menunggu di ruang konsultasi nomer 9.

Sekitar 20-30menit kemudian saya dipanggil masuk ruangan, kalau ga salah inget saya masuk ruangan sekitar jam 1 siang. Alhamdulillah dokter yang menangani adalah obgin wanita, bernama Dokter Marilou. Sangat baik dan ramah serta sabar menjelaskan hasil observasinya. Dia menjelaskan kalo dia harus menggunakan alat cocor bebek untuk membuka vagina dan mengecek sumber pendarahan.

Alatnya kek gimana? silakan gugel sendiri yee…ngilu soalnya kalo dipajang dimari 😦

Dokter juga melakukan pengecekan dengan jari untuk memastikan apakah mulut rahim saya terbuka. Alhamdulillah, mulut rahim tertutup.

Setelah itu, dokter melakukan USG vaginal. Dalam kondisi normal, ngilu bener karena mengalami proses obok-obok yang ra uwis-uwis. Demi memastikan kalo kondisi kakak baik-baik aja, saya udah ga ngerasa apa-apa. Harap-harap cemas saat alatnya  masuk.

Subhanallah, setelah seminggu sebelumnya hanya bulatan hitam yang terlihat, kali ini kami melihat ada titik didalam kantung janin. It’s a yolk sac!!!

Saya cuma bisa senyum dan bersyukur. USG pun menyatakan usia kehamilan 6weeks, yang mana sesuai dengan hitungan ovulasi suami.

Diagnosa sementara, mungkin kecapekan. Saya hanya diminta meneruskan obat duphaston yang ada dan diberi ijin untuk rehat di rumah selama seminggu. Tidak perlu dirawat.

Saya diingatkan agar tidak melakukan pekerjaan berat, angkat barang berat-berat, naik turun tangga dan no sex. Lhaa si dokter ga tau aja kalo saya dan suami emang berjauhan.

Untung saja saya membawa serta kartu konsul dan hasil USG seminggu sebelumnya sehingga datanya bisa dibandingkan.

Dokter menjelaskan bahwa perkembangan kakak sesuai dengan umurnya, dan saya ga perlu kuatir. Dokter Marilou juga mengontak obgin saya untuk mengabarkan hasil observasinya. She was also happy to hear the result.

Yolk sac :)

Yolk sac 🙂

Diharapkan pas pertemuan kami tanggal 9 nanti, akan ada progress lebih lanjut.
Saya bertanya apa warning alert yang harus saya perhatikan bila bleeding tidak kunjung usai.
Dokter menyuruh saya kembali ke ER bila perut mengalami kram.

Dokter dengan baiknya mem-print out beberapa foto USG kakak.

USG 4 Juli 2014

USG 4 Juli 2014

Sayangnya Dokter Marilou ini hanya berpraktek di klinik yang khusus bagi pasien bersubsidi (bagi warga negara Singapura dan permanent resident).
Duhh padahal saya ngebet bener pengen jadi pasiennya.

Pukul 2 siang saya keluar dari ER dan langsung istirahat di rumah.

 

5 thoughts on “A quick trip

  1. putriphita

    Neng nanaaaa…dagdigdug banget baca cerita ini..
    Alhamdulillah Alhamdulillah..selamat ya neng..semoga sehat selalu kamu n kakak..
    My prayer goes to you both :*
    *peluk cium dari indo*

    Reply
  2. Pingback: The horror – Pool of blood | ourlivetogether

  3. Pingback: The end of the journey – 8w6d | ourlivetogether

  4. Pingback: 1st Pre-natal check-up – 23 Jan 2015 | ourlivetogether

Leave a comment